Kuliah Umum Ibu Profesional di Bandung: Magic Communication in Parenting



Komunikasi adalah hal yang sangat penting dalam menjalin suatu hubungan, baik itu dalam hubungan persahabatan ataupun dalam hubungan keluarga atau hubungan lainnya.  Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan dari satu individu kepada individu lainnya. Komunikasi dikatakan sukses apabila pesan yang kita sampaikan dapat diterima dan difahami dengan benar. Komunikasi yang baik akan menghasilkan banyak manfaat itulah komunikasi yang produktif.

Dalam berkeluarga tentunya komunikasi juga mempunyai peranan yang sangat penting. Komunikasi ini tidak harus selalu dengan kata-kata, dalam hal mendidik anak memberikan contoh lebih baik dari pada sekedar kata-kata. Dengan memberikan contoh/gerakan/ tindakan lebih mudah ditiru oleh anak-anak dari pada kata-kata. "Mungkin anak-anak salah mengcopy kata-kata orang tua, tapi anak-anak tidak akan salah mengcopy tindakan orang tua".

Selain itu, berkomunikasi yang baik juga dapat menimbulan paradigma yang berbeda tentang sebuah masalah dan bagaimana cara menyikapinya. Tentunya kita semua pernah punya masalah, tidak mungkin orang yang hidup di dunia ini tidak punya masalah. Namun, cara pandang kita dan sikap kitalah yang membuat masalah adalah benar-benar masalah. Di dalam berkeluarga pun tentunya kita akan menemukan banyak sekali masalah. Bagaimana tidak, dua kepala harus menjadi satu dengan berbagai kebiasaan yang berbeda. Ada keluarga yang ketika menemukan masalah dalam kehidupan rumah tangganya hanya dengan berkeluh kesah sehingga tidak akan menemui jalan terang, tapi ada juga keluarga yang ketika menemukan masalah lebih memilih untuk berfikir jernih, komunikasikan dengan baik dan carilah hikmahnya, output berupa solusi pun akan segera diperoleh.

Oleh karena itu, dalam berkomunikasi dengan suami kita atau anak-anak kita buatlah perjanjian untuk MENGGANTI kata MASALAH menjadi TANTANGAN, MENGGANTI kata SUSAH menjadi MENARIK, dan MENGGANTI kata TIDAK BISA menjadi BISA. ^o^
"Tidak ada kata salah, bodoh untuk anak-anak kita, yang boleh hanyalah kata-kata positif seperti Ayo bisa De, Luar biasa De, Hebat De, Cerdas sekali" 

Berbeda lagi ketika amarah muncul ditengah-tengah keluarga kita. Bagaimana cara berkomunikasi dengan orang yang sedang marah???Jika Suami kita atau anak-anak kita dengan marah, jangan coba-coba kita mendekatinya karena MARAH ITU MENULAR ^o^..Biarkan Suami kita atau anak-anak kita meluapkan amarahnya, ketika terlihat sudah reda tanyalah, "Sudah selesai blm marahnya?" Jika belum, biarkan Suami kita atau anak-anak kita melanjutkannya. :) Setelah amarahnya telah reda, ajaklah berwudhu dan bicara baik-baik.

"Hak anak adalah mendapatkan seorang ayah dan ibu yang baik, karena ayah dan ibu adalah orang yang menentukan karakter sang anak"

Sejak kehamilan, ternyata bisa membentuk karakter sang anak kelak loh. Maka dari itu perhatikan asupan makanan dan apa yang kita lakukan selama proses kehamilan. :)

Berkomunikasi dalam keluarga bisa dikatakan sukses juga ketika Frame of Reference (Kerangka Acuan) antara kita sebagai istri sama dengan suami kita :).  Ada beberapa hal yang harus dibuat dan dibicarakan dengan suami kita agar tercapainya frame of referencenya sama.
  1. Perlu adanya kontrak sosial sebelum menikah. Kontrak sosial ini berupa komitmen atau kesepakatan diantara kedua belah pihak disesuaikan dengan kondisi masing-masing. Contoh kontrak sosial Ibu Septi dan Suaminya : Ibu boleh pergi kemanapun, keluar kota bahkan keliling dunia, asal anak selalu berada di samping ibu terutama pada umur 0-12 tahun. Alhasil, semenjak Bu Septi mempunyai anak, tidak pernah sekalipun Beliau meninggalkan anak-anaknya. Ketika anaknya masih bayipun selalu beliau bawa meskipun harus mengisi sebuah seminar. Kontrak Sosial ini menentukan arah tujuan keluarga. Jika Kontrak Sosialnya adalah anak, maka akan melahirkan anak-anak yang hebat. Jika kontrak sosialnya karir, karir kita akan gemilang tapi belum tentu akan melahirkan anak-anak yang hebat. Dikembalikan lagi pada pilihan masing-masing.
  2. Arah Tujuan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa kontrak sosial akan menentukan arah tujuan. Ketika kontrak sosial kita adalah anak, tentunya kita harus mempunyai arah yang jelas untuk anak-anak kita, ingin jadi seperti apa anak-anak kita nantinya. Arah dan Tujuan ini menentukan Prioritas.
  3. Prioritas. Ketika arah dan tujuan kita anak, maka prioritas utama kita adalah anak. Keinginan kita harus dikesampingkan dulu demi kebutuhan anak-anak. Pernah suatu hari ketika Bu Septi masih bertempat tinggal di Jakarta dan mempunyai sebuah komunitas disana, Orang Tuanya sakit dan otomatis Bu Septi berserta suami dan anak-anaknya pulang ke Salatiga. Setelah itu, anak-anaknya tidak ingin kembali ke Jakarta, mereka ingin tinggal dekat bersama kakek neneknya. Awalnya Bu Septi sangat keberatan mengingat Beliau mempunyai komunitas disana yang susah payah dia bangun, tetapi teringat bahwa kontrak sosial adalah anak dan anak harus menjadi prioritas akhirnya Bu Septi mengalah dan sampai saat ini tinggal di Salatiga.
  4. Konstitusi. Konstitusi atau dasar hidup haruslah dimiliki oleh setiap manusia. Setiap orang mempunyai konstitusi yang berbeda-beda. Sebagai seorang Muslim, haruslah menggunakan Al-Qur'an dan Hadits sebagai konstitusi atau dasar hidupnya. Didalam berkeluarga, baik atau buruknya suatu hal dikembalikan pada Al-Qur'an atau Hadits. Tidak ada pengambilan keputusan yang berdasarkan ego orang tua. Apalagi jika dalam pengambilan keputusan ketika sedang emosi, semuanya menjadi batal. Jika ada anggota keluarga yang salah, harus diingatkan dengan dasar Al-Qur'an dan Hadits.
Dalam berkeluarga juga tidak ada KOMUNIKASI KEBATINAN..Bicarakan dengan lawan bicara maksud dari perkataan kita sampai dia "ngeuh". Banyak kejadian kurang suksesnya komunikasi antara Istri dan Suami karena mereka menggunakan ILMU KEBATINAN..hehe..Suami atau Istri yang sering memberi kode-kodean sehingga terkadang menimbulkan salah tafsir dari kode tersebut. Maka dari itu, karena aku bukan dukun, katakanlah yang sejujurnya dan sejelas-jelasnya. Jangan membuat asumsi sendiri-sendiri. Apa yang dibaca Suami, usahakan dibaca juga oleh istri begitu juga sebaliknya. Bicarakan apa saja hal yang didapat dari apa yang dibaca. Begitu terus menerus sehingga suami istri mempunyai gelombang yang sama.

Selanjutnya, bagaimana mengkomunikasikan kepada anak kita ketika kita melarangnya untuk berbuat sesuatu??Ungkapan kata "tidak" untuk larangan pada anak bukan berarti tanda tidak sayang.  Berikan penjelasan bahwa orang tua tidak akan melarang anaknya jika apa yang dia lakukan atau yang dia inginkan itu baik. Contoh:
Anak: "Pah ingin ngendarain motor dong" Padahal sang anak masih berusia 16 tahun
Ayah: "Tidak sekarang ya De,nanti saja kalau usianya sudah 17 tahun"

Orang tua harus menjelaskan baik buruknya suatu hal untuk sang anak.

Untuk mempererat hubungan antara orang tua dan anak-anak, perlu adanya Family Strategic Planning. Hal ini penting dalam keluarga, bisa dilakukan perhari, perminggu, perbulan atau pertahun. Sekeluarga berkumpul dalam satu ruangan membicarakan Family Project, apa yang telah didapat, apa yang ingin dicapai selanjutnya dan ilmu apa yang akan dibagikan. Manfaat dari Family Project ini melatih kerjasama dalam berkeluarga, melatih komunikasi, mengelola emosi, menuangkan ide-ide dll. Family Project juga bisa menjadi sarana orang tua untuk mengetahui passion dan ketertarikan anaknya ^o^..

Itulah ilmu yang saya dapat dari acara Kuliah Umum Perdana Ibu Profesional Bandung pada hari Sabtu,25 Januari 2014 di GSG Salman ITB Bandung. Semoga saya dan calon Ibu lainnya bisa menjadi Ibu Profesional untuk keluarganya kelak. Aamiin..Semoga postingan saya ini bermanfaat.. ^o^

Feni Widya Jayanti

CONVERSATION

0 komentar:

Posting Komentar

Back
to top