Semenjak perbincangannya dengan Fizha temannya, Widya mulai menjadi seseorang yang pendiam dan lebih sering duduk di bangku belakang. Ketika datang seorang temannya dengan kerudung yang baru ia kenakan hari itu, tiba-tiba hatinya begejolak dan akhirnya entah kenapa air matanya pun keluar dan ia berbicara dalam hati. "Ya Allah aku ingin seperti dia, berkerudung. Tapi apakah aku pantas?". Menyadari hal itu, Widya langsung menghapus air matanya, tapi ternyata Fizha melihatnya. Fizha mendekat dan memeluk Widya sambil berkata "InsyaAllah kalau kita sudah punya niat, pasti ada jalan. Ga perlu malu."
Hari-hari Widya dirumah ia sibukkan dengan belajar dan memperlancar bacaan Al-qur'annya dan sekarang Widya sudah tak malu lagi membaca Al-Qur'an dihadapan teman-temannya. Rasa penasarannya yang sangat tinggi mulai muncul kembali. Diam-diam Widya sering membaca artikel tentang Islam. Ketika di Mushala sekolahnya ada kajian untuk anak-anak DKM yang perempuan, ia selalu memperhatikan dan mendengarkannya dari jauh sambil menunggu temannya selesai shalat. Widya masih malu-malu meskipun sebenarnya ia ingin mengikuti kajian tersebut.
Akhirnya pada hari itu, entah kekuatan dari mana, Widya memutuskan untuk menggunakan kerudung, Widya ingin menutup auratnya. Dia sudah mengerti tentang hidayah itu harus dijemput bukan di tunggu. Dijemput dengan niat kita, usaha kita. Tapi masih ada hal yang mengganjal dirinya. Widya belum berani untuk mengatakan hal tersebut pada orang tuanya. Ia takut tidak diperbolehkan untuk menutup auratnya, alasannya karena Ibunya saja baru dikerudung setelah melahirkan adiknya dan dikeluarga besar ibunya belum pernah ada perempuan yang dikerudung seusia dirinya,15tahun.
Setiap pagi Widya selalu diantar kedua orangtuanya kesekolah menggunakan mobil, dan hari itu ia memutuskan untuk membicarkan keinginannya pada kedua orangtuanya di mobil sewaktu pergi kesekolah. Jantung Widya berdetak lebih kencang dari biasanya, aliran darahnya pun terasa mengalir lebih cepat dari biasanya. Dia pun memberanikan dirinya,sambil menelan air liurnya ia memulai pembicaraan.
Widya : "Mah, pah...Widya boleh ga dikerudung??"
HENIIING...Widya pun berkata dalam hati. "Tuuuh kaaan ga boleh T_T"..
Papa : "Kamu ikut-ikutan temen kamu ya"
Widya: " Engga ko Pah..Ini memang keinginan Widya sendiri, ga ikut-ikutan."
Mama: "Ya sok aja, asal jangan udah dipake terus dibuka. Jangan cuma karena ikut-ikutan atau mode"
Widya: "Serius mah??iya mah g ko ga..."
Widya senang sekali, rasanya dia ingin melompat karena saking girangnya.
Tepat tanggal 23 Maret...Widya mengenakan kerudung sekolah dengan seragam barunya. Sontak teman-temannya kaget melihatnya. Ia tidak menyangka respon teman-temannya sangat positif. Dari mulai teman sekelas, teman seangkatan lainnya sampai kakak kelasnya memberikan selamat pada Widya sambil berkata "Semoga istiqamah". Widya sangat senang sekali banyak yang mendoakannya. Tapi ternyata ada saja orang yang negatif. Ada temannya yang seakan-akan ia tidak percaya bahwa Widya akan dikerudung. "Wid, kamu dikerudung??Selamanya nih?" Begitulah tanyanya sambil memasang muka sinis."iya, InsyaAllah. Doain aja". Widya membalas pertanyaannya sambil tersenyum lebar. Ia tahu bahwa dirinya banyak salah, ia tahu bahwa dia cerewet, pecicilan, dll yang membuat orang tidak percaya bahwa orang sepertinya akan berkerudung. Tapi inilah takdir Allah. Ia merasa senang dan sangat nyaman dengan keputusannya kali ini.
Widya pun ternyata tak perlu repot membeli banyak baju baru, baju berlengan panjang. Karena tanpa ia sadari, ternyata selama ini Bibi-bibinya selalu memberinya baju panjang yang tak pernah ia gunakan karena menurutnya baju itu ga up to date. Tapi sekarang ia sangat bersyukur karena bibi-bibinya memberinya baju-baju tersebut. Dia pun berfikir, mungkin inilah takdir Allah. Kenapa selama ini saudara-saudaranya selalu memberinya baju berlengan panjang, karena ternyata dirinya akan membutuhkannya kelak. Allah memang baik. Sekarang ia mengerti kenapa bisa saudara-saudaranya memberi baju panjang untuknya. Widya sekarang mengerti maksud dari Allah memberi apa yang hambaNya butuhkan bukan yang hambaNya inginkan. Karena Allah tau yang terbaik untuk hambaNya. Subhanallah :)
Perlahan tapi pasti ia mulai merubah tingkah lakunya. Ia mulai berhenti bertanya pada temannya ketika ulangan tapi masih tetap memberi contekan pada temannya. Ia mulai mendekai teman-teman DKM dan mulai tertarik ingin masuk DKM. Ia mulai banyak mencari tahu tentang Islam.
Kenaikan kelas pun tiba, akhirnya ia naik kelas XI dan berniat untuk berubah seutuhnya. Di kelas XI nanti, dia kan masuk DKM dan akan berhenti mencontek dan memberi contekan. Dan ternyata perubahan sikapnya itu sangat berdampak positif dalam kehidupannya dan membuatnya semakin yakin bahwa siapa yang berjuang dijalan Allah, insyaAllah Allah pun akan menolongnya.
Saatnya ulangan pun tiba, ini adalah ulang pertamanya setelah ia berikrar untuk tidak mencotek dan memberi contekan. Ulangan matematika. Jantung Widya sangat berdegup kencang. Tapi ia yakin, kalau niat baik dan dibarengi usaha yang baik insyaAllah akan memberikan hasil yang baik pula. Butuh perjuangan yang sangat besar bagi dirinya untuk menolak ajakan teman-temannya untuk bekerja sama. Tapi ia sudah bulat tekadnya, terserah teman-temannya mau berkata sok alim atau apapun. Ia tetap pada pendiriannya. Ulangan pun tiba, Widya sangat khusyu ' mengerjakannya. Riuh teman-temannya tak pernah ia gubris. Ia fokus dengan apa yang ia kerjakan. Ulangan pertama baginya pun selesai, ia menarik nafas panjang dan pasrah dengan hasilnya.
Pengumuman hasil ulangannya pun tiba, Widya sangat cemas apalagi ketika Sang Guru mulai memanggil nama teman-temannya satu per satu untuk mengambil kertas ulangannya. Banyak sekali ekspresi yang dilihatnya membuatnya semakin cemas. Tibalah namanya dipanggil. Ketika dia maju kedepan, Sang Guru tersenyum padanya, Widya pun membalas senyuman Sang Guru dan langsung mengambil kertas ulangannya dan tak berani melihatnya mengingat ini adalah ulangan pertamanya yang sangat JUJUR. Ketika duduk dibangkunya, ia perlahan membuka kertas ulangannya ditemani jantung yang berdetak semakin kencang, matanya terbelalak, MASYAALLAH 100...Widya tak percaya hasil ulangan tersebut. Widya mendapatkan nilai 100 dari usaha JUJURNYA.. Teman-teman yang disekitarnya memberi selamat padanya. Widya terus mengucap syukur lalu mulutnya terus mengucap dzikir. Betapa bahagianya Widya, ternyta usahanya ini berbuah sangat manis. Bertambahlah bahagia ketika ia mengetahui bahwa yang mendapatkan 100 hanya ada dua orang, ia dan temannya bernama Vera.
Semenjak saat itu, ia menjadi bertambah yakin akan keputusan yang dia ambil. Jika berniat baik, dibarengi usaha yang baik hasilnya pun akan baik. Widya yang sekarang bukanlah Widya yang dulu. Widya sekarang adalah seorang pembelajar yang lebih baik lagi. Semenjak perubahan dirinya, Prestasi dikelasnya kian naik. Setiap ulangan tak pernah ia diRemedial, kecuali ulangan Kimia yang entah kenapa selalu satu kelas yang diremedial..
Setelah itu, Widya terus menerus melakukan perbaikan dalam dirinya dan terus berharap menjadi manusia yang bermanfaat bukan hanya untuk dirinya tapi juga untuk orang lain. Widya menjalani hidupnya dengan penuh keceriaan, ia nikmati setiap waktunya. Widya mulai masuk DKM. Banyak kemudahan yang ia dapatkan setelah ia berhijrah ke arah yang lebih baik. Ia merasa semakin bahagia. Ia semakin yakin, Allah selalu bersama hambaNya yang berusaha untuk melakukan kebaikan. ^o^..
0 komentar:
Posting Komentar