Perjalanan seorang Widya menjemput hidayahnya...Part1


"Aduh panaas, ga rapi lagi nih kerudungnya"..Keluh Widya saat akan menghadiri Perayaan Hari Besar Islam di sekolahnya. Widya adalah seorang remaja yang aktif, lincah, cerewet dan cukup pintar. Di sekolahnya ia selalu masuk kelas unggulan, saat kelas 2 ia masuk kelas unggulan dua dan saat naik ke kelas 3 ia masuk kelas unggulan pertama. 

Widya adalah remaja yang ingin tampil gaul dan dia sangat tidak suka mengenakan kerudung, karena menurutnya menggunakan kerudung itu ribet, panas dan yang jelas menutupi mahkotanya yang selalu di puji teman-temannya. Lagi pula diantara keenam sahabatnya, hanya dua orang yang menggunakan kerudung. Widya tumbuh dilingkungan yang tidak terlalu kental pendidikan agamanya dan terkadang shalat pun sering dinanti-nanti atau bahkan terlewat.

Waktu berganti dengan cepatnya, sudah saatnya Widya dan kawan-kawan masuk ke jenjang yang lebih tinggi, SMA. Saat mengetahui bahwa ia masuk ke pilihan kedua, Widya sangat sedih sekali. Seharian dia mengurung di kamar dan menangis. Sirna sudah harapannya masuk di SMA yang ia dambakan, sedangkan dua orang sahabatnya masuk ke SMA yang ia dambakan itu. Hari-hari pertama masa SMA iya lalui dengan kemurungan tanpa semangat dan keceriaan yang biasa ia tunjukkan. Ia masuk ke Sekolah yang jangankan ia  menginginkannya, mengetahuinya pun tidak. Ia hanya mengetahui bahwa sekolah itu bagus dari Ayahnya.
Namun, lambat laun ia menemukan keseruan di sekolah barunya itu. Ia mendapatkan teman-teman yang sangat mengasyikan. Widya kembali seperti semula, menjadi seorang Widya yang cerewet, lincah, dan supel. Dia mudah akrab dengan siapa saja, bahkan tema dekatnya menilainya SKSD (Sok Kenal Sok Dekat)..Tidak hanya dekat dengan teman perempuan, dia pun sangat dekat dengan teman-teman yang laki-laki. 

Entah mengapa, Widya merasakan sesuatu yang sangat berbeda dengan dirinya yang sebelumnya. Kebiasaanya yang suka bekerja sama ketika ulangan kian menjadi-jadi, dan dengan agamapun terasa semakin menjauh, dan peringkat dikelasny pun semakin menurun. Tapi Widya tidak menghiraukan hal itu, ia tetap enjoy menjalani kehidupannya di Sekolah. 

Suatu hari di Sekolahnya diadakan kegiatan Pesantren Kilat. Sebenarnya dia kurang begitu menyukainya karena dia belum terlalu lancar membaca Al-Qur'an. Dia malu. Tapi siapa yang menyangka bawa Pesantren Kilat itu menjadi awal perubahannya. Setelah Pesantren Kilat, ia melihat banyak temannya yang menggunakan kerudung,menutup auratnya. Sampai pada suatu ketika dirinya diliputi pertanyaan yang ia tanyakan dalam hati, "Kapan ya saya berkerudung, kayanya sejuk banget ngeliat yang lain dikerudung". Pertanyaan itu yang membuatnya gundah, ada sesuatu dalam hatinya yang ia pun tak mengerti. Secara perlahan-lahan ia mulai merapikan bacaan Al-Qur'annya, belajar pada asisten rumah tangganya di rumah. Maklum, orangtuanya kerjanya kerja dari pagi hingga menjelang maghrib sehingga hanya ada asisten rumah tangga dirumahnya yang membantunya memperlancar bacaan Al-Qur'an.

Setiap paginya disekolah, ia selalu menemukan temannya yang baru dikerudung lagi. Sampai suatu ketika ada temannya bernama Fizha bertanya padanya dengan nada yang lembut,

Fizha:    "Wid, kapan nih dikerudung?"

Widya:  "Aku belum siapp Fi, kelakuan aku masih belum bener. Apa kata orang nanti kalau ternyata tingkah laku aku ga sesuai dengan kerudung yang aku kenakan."

Fizha:    "Belum siap??Terus siapnya kapan?hehe" sambil tersenyum lebar.

Widya:  "Ini juga lagi disiapin,,hehehe"

Fizha:   "Disiapinnya sampai kapan say??ada yg bisa ngejamin ga kalau kita hidup sampai kapan??menutup aurat itu kewajiban loh sama kaya shalat."

Widya: Terdiam. Merenung dan berfikir. "Iya juga ya, kalau aku meninggal sebelum dikerudung gimana ya". Jawabnya dalam hati.

Fizha:  "Kalau masalah tingkah laku mah nanti juga nyesuain. Saya juga masih belajar. Kalau kita nunggu siap atau nunggu sempurna dulu akhlak kita baru dikerudung, itu mah dijamin lah bakal lamaa banget.Soalnya setiap hari pasti ada aja godaannya. Kita juga manusia biasa, belum tentu akhlak kita bisa sempurna."

Widya: Terdiam kembali. "Doaian aja ya Fi :D semoga lekas dapet hidayah".

Fizha:  "InsyaAllah say di doain. Hidayah itu dijemput, bukan ditungguin..hehe..yu aaah..duluan.."

Widya: "Ya..mangga."

Widya terdiam merenungi perbincangannya dengan Fizha temannya yang merupakan anak DKM....

CONVERSATION

0 komentar:

Posting Komentar

Back
to top